Usai menjadi juri dan menerima amplop dengan nilai yang lumayan besar, ibu segera menelepon pengrajin Sape, namanya Bapak Muhammad Hafid, Sape yang di pesan berbahan kayu nangka dan ukirannya ukiran Dayak Kenyah. Waktu pengerjaannya selama 2 minggu. Harga yang ditawarkan senilai Rp. 3 Juta, setelah negosiasi ulang akhirnya ibu membeli sape tersebut senilai Rp.2.5 Juta.
Seperti janji pengrajin sape bahwa proses pembuatan akan memakan waktu selama kurang lebih dua minggu, mengapa karena pengrajin harus mencari dulu bahan untuk membuat sape yaitu kayu. Sape terbuat dari jenis-jenis kayu sebangsa kayu pelantan, kayu meranti, Kayu Marang, kayu adau, kayu tabalok, dan kayu nangka. Jenis-jenis kayu itu dipilih karena teksturnya kuat, tidak mudah pecah, keras, tahan lama, serta yang terpenting tidak mudah dirusak dimakan rayap.
Menurut Pengrajin semakin keras kayu dan banyak urat daging kayunya, maka suara yang akan dihasilkan akan semakin baik pula. Untuk Senar/dawai sampe, pada awalnya masih menggunakan tali yang berasal dari serat pohon enau atau aren, namun sekarang senar sampe sering dibuat dari bahan kawat tipis sehingga bunyinya akan terdengar lebih nyaring dan lantang.
Adapun tahapan pembuatan Sape adalah batang pohon dipotong sesuai dengan panjang dan lebar sape yang diinginkan, yaitu panjang 130 cm, lebar 25 cm dan tebal 11 Cm, setelah mendapatkan ukuran yang diinginkan kemudian batang pohon tersebut di keringkan agar serat kayu rapat dan padat. Proses pengeringan ini memakan waktu 2 hari dengan kondisi matahari terik.
Setelah kayu kering kemudian kayu di gambar sesuai mal ukuran sape yang diinginkan. Jika sudah melakukan pengggarsian mal, maka selanjutnya pengrajin akan membentuk alat musik sape mengikuti garis atau pola yang sudah ada menggunakan pahat, gergaji dan kapak.
Alat musik Sape yang dibuat ukurannya sama rata, dan papan mal ini tentunya sudah disesuaikan dengan ukuran Sape yang di pesan. Jika sudah melakukan penggarisan mal pada kayu maka pembuat alat musik Sape akan membentuk alat musik Sape mengikuti setiap garis yang sudah ada dengan menggunakan Kapak, pahat dan gergaji.
Setelah bodi sape selesai dibentuk, langkah selanjutnya adalah penghalusan bodi Sape. Penghalusan ini adalah tahapan yang paling menentukan ukuran Sape yang akan dibuat. Dalam tahap penghalusan ini pengrajin biasa menggunakan mesin ketam, bor, mesin amplas dan pahat.
Selesai di haluskan langkah selanjutnya adalah membuat lubang resonansi. Tahap pembuatan lubang resonansi adalah tahapan yang paling sulit dan dapat memakan waktu cukup lama hingga 2 hari, dimana pengrajin harus jeli menentukan ukuran tiap sisi lubang resonansi.
Tiap sisi yang dibuat harus berdiameter sama rata, ketebalan permukaan, sisi kiri dan sisi kanan nya tidak boleh berbeda. Ketebalan tiap sisi yaitu berukuran 11 mm, hal ini dilakukan agar alat musik Sape yang dibuat menghasilkan suara yang stabil. Kedalaman lubang resonansi yang di buat yaitu berdiameter 8 cm dari permukaan Sape sampai bagian belakang Sape.
Setelah lubang resonansi selesai, tahapan selanjutnya adalah membuat motif ukir pada sape. Pengukiran Motif Pegukiran motif adalah tahap memberi ornamen motif Dayak pada Sape agar Sape yang dibuat mempunyai ciri khas suku Dayak yang kental. Tahap ini boleh dikatakan tahap menghias atau mempercantik alat musik Sape agar lebih menarik dan mempunyai nilai seni yang tinggi. Dalam tahap pengukiran motif, pemngrajin alat musik sape biasanya terlebih dahulu membuat pola motif yang akan diukir dengan pensil dan mal motif.
Mal motif biasanya digunakan untuk motif Sape yang berpola simetris, biasanya juga tidak perlu menggunakan mal motif untuk motif yang berpola bebas. Pengukiran motif pembuat alat musik Sape menggunakan pahat ukir khusus dan palu kayu khusus yang sudah dibuat untuk keperluan pengukiran saja. Pada proses pengerjaan ini pengrajin harus berhati-hati agar tidak terjadi cacat pada ukiran yang dihasilkan.
setelah ukiran pada sape selesai, tahapan selanjutnya adalah pengecatan bodi Sape. Pengecatan bodi sape adalah tahap pewarnaan pada alat musik Sape dari warna bodi Sape yang sebelumnya alami warna kayu menjadi berwarna. Pengecatan bodi Sape juga berfungsi agar alat musik Sape lebih tahan lama dan tidak termakan rayap. Proses pengecatan dapat menggunakan kuas ataupun air brush
Setelah bodi sape kering catnya, langkah selanjutnya adalah pemasangan peralatan pada Sape. Pemasangan peralatan Sape adalah proses melegkapi alat musik Sape dengan alat–alat yang berfungsi sebagai penyempurna. Alat–alat yang di pasang yaitu Dryer (putaran senar), spul (pengeras suara), gading senar, dan senar. Pemasangan ini dibutuhkan karena suara Sape tidak nyaring seperti gitar. Butuh bantuan alat agar saat dimainkan, sape dapat di colokkan pada soundsystem. Sehingga menghasilkan suara yang nyaring dan indah.
Pemasagan fret atau tangga nada adalah proses terakhir dalam pembuatan alat musik Sape. Pemasangan tangga nada yaitu memasang rotan yang sudah di 9 belah menjadi dua untuk menciptalan nada-nada pada alat musik Sape. Untuk pemasangan rotan yang digunakan sebagai tangga nada yaitu menggunakan lem kayu atau lem fox putih.
Gambar 13 Pemasangan Fret/Tangga Nada
Sumber : Koleksi Pribadi Penulis
Telepon pagi itu berdering, ternyata dari pengrajin Sape bapak Muhammad Hafid, beliau mengabarkan jika alat musik sape pesanan ibu sudah selesai dan bisa di ambil besok. Di rumah kayu, tempat pengrajin mengolah sape. Ibu sangat bahagia mendengar kabar tersebut. tak sabar besok sudah bisa melihat wujud Sape pesanannya dengan motif Dayak Kenyah sebagai ukirannya.
Keesokan harinya usai menelpon perihal rencana kedatangannya menjemput Sape, ibu bergegas menuju Rumah Kayu. Ibu sudah tak sabar melihat wujud sape pesanannya untuk dihadiahkan ke Khofidh. Sape dengan warna kayu sangat bagus hasilnya. Pengerjaannya sangat rapi, dan tiap ukirannya sangat detail. Ibu sangat puas dengan kerapian pembuatannya. Ibu sudah gak sabar Khofidh dapat memainkan nada lagu dengan alat musik yang unik ini.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar