Translate

Jumat, 02 Oktober 2020

Tampil Di Hari Batik Nasional 2020

Jum’at, 02 Oktober 2020, merupakan tampilan Kedua Khofidh mengisi musik pengiring pada kegiatan Hari Batik Nasional, bertempat di Lobby Hotel Aston Samarinda bersama Dinas Pariwisata dan Rumah Batik Atiiqna. Beberapa lagu Daerah diminta oleh pihak Hotel untuk dimainkan selama kegiatan berlangsung.

Awal yang baik untuk semakin dikenal oleh beberapa pihak. Khofidh terlihat bersemangat karena ayah hari ini mendampinginya. Wartawan yang hadir juga mendokumentasikan permainan Sape hari ini.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiExyv45gYdQTNfQ1MpaQ1VMNm-G2fOEWM1WYaatCU_pqkd9aSs1WM9RQQpzA-PUVyzUi_D-5ZZj7S5CuiOzzH95H1sVYdYhUTFZCoGALYjbya5ErhKSnu5CCG4QP_icDLxO4d42I-f0BE/s320/WhatsApp+Image+2020-10-06+at+10.27.06.jpeg

Gambar  26  Penampilan Kedua di Hotel Aston

Sumber : Koleksi Pribadi Penulis

Kamis, 17 September 2020

Tampilan Perdana


Kamis, 17 September 2020, merupakan tampilan perdana Khofidh mengisi musik pengiring pada pembukaan kegiatan pelatihan membatik. BKOW provinsi Kalimantan Timur sebagai pelaksana kegiatan, melalui  Bunda Vivi mempercayakan kepada Khofidh. Dengan didampingi oleh sang ayah Bapak Agus Susanto sebagai musik pengiring sape. 

Gambar  24  Foto Bersama Penyelenggara Workshop

Sumber : Koleksi Pribadi Penulis


Tampilan ayah dan anak ini berhasil membuat peserta pelatihan terkesima mendengar alunan lagu yang dibawakan. Dua buah lagu daerah Leleng dan Datun Julud  usai di mainkan, dan sesuai permintaan peserta dan panitia untuk membawakan satu lagu nasional berjudul Tanah Airku.  Semua pada mengabadikan moment ini melalui kamera gawai mereka.dan semua bersenandung menyanyikan lagu tanah airku.

Selasa, 01 September 2020

Baju Panggung


Alat musik Sape sudah jadi, tawaran manggung untuk bulan depan juga sudah menanti. Meski pandemi kegiatan dengan skala kecil masih di laksanakan.  Atas hal tersebut ibu berinisiatif membuatkan baju batik dengan gambar alat musik Sape. Janji belajar mencanting di rumah Batik Atiiqna dan jadwal membuat batik diatur. Tanggal 01 September ibu mulai membuat gambar motif pada kain selanjutnya mulai mencanting. Beruntung pola baju dibantu pak Toni Kuncoro dan desain gambar sape  dibuat oleh bu Rahma. Setelah pola baju jadi, ibu kemudian menggambar pola pada kain menggunakan mal yang sudah di buat oleh pak Toni Kuncoro. Gak butuh waktu lama pola baju sudah tergambar pada lembar kain putih yang akan di gunakan untuk membatik.

Jumat, 28 Agustus 2020

Sekilas Tentang Alat Musik Sape

Anak muda maupun orang tua Suku Dayak memainkan Sampe mengiringi para gadis Dayak menari di atas panggung di Lamin (Sebutan rumah panjang suku Dayak), sudah sering kita lihat. Akan tetapi, melihat Sampe dipetik seorang remaja yang sedang mengiringi remaja putri Dayak di atas gong, saat tengah membuat konten youtube tentu itu menjadi luar biasa bagiku. Sebuah kolaborasi apik anak remaja yang memanfaatkan waktu luangnya dalam berkarya.

Sape atau Sampek merupakan alat musik tradisional Suku Dayak di Kalimantan. Alat musik Sape dimainkan dengan cara dipetik atau dikulik. Namun, penamaan alat musik Dayak ini ternyata berbeda-beda di tiap-tiap sub etnis suku Dayak yang ada di Kalimantan timur.

Minggu, 23 Agustus 2020

Opit Sape Nama Panggungnya


Babak baru telah dimulai, ayah dan ibu Khofidh berdikusi agar setiap permainan atau penampilan Khofidh dapat terdokumentasi dengan rapi sebagai portofolio hidupnya kelak. Selain itu agar Khofidh bisa rutin mencari nada-nada baru melalui sape miliknya. 

Setelah berdiskusi ibu memutuskan untuk membuatkan channel youtube untuk Khofidh dengan nama channel “Borneo Musikq Official” dan nama panggung adalah Opit Sape. Tanggal 23 Agustus 2020, channel Youtube mulai dibangun lagu pertama sebagai konten adalah lagu “Datun Julud” mengapa lagu ini, karena inilah lagu pertama yang dia pelajari saat mula bermain sape. Lokasi pengambilan video adalah teras rumah yang di sulap menjadi studio. Bersama ayah petikan demi petikan Khofidh mainkan hingga lagu usai.

Sekapur Sirih

 
Kisah metamorphosis seorang pemuda, yang belajar sape secara otodidak, memiliki impian sebagai pelestari budaya, melalui alat musik tradisional, dan mengenalkannya melalui sosial media, medianya generasi Z saat ini, agar seluruh dunia mengenal tradisi Kalimatan di Indonesia.

Di tengah keterbatasan ruang gerak karena pandemi dan endemi COVID_19, tak lantas membuat dia berpangku tangan menghabiskan waktu luang untuk hal yang kurang bermanfaat. Dengan dukungan orang tua dan keluarga terdekatnya, dia mencoba memanfaatkan bakatnya mengulik sape untuk merawat tradisi yang pelan tapi pasti tergerus oleh tradisi K-Pop yang melanda dunia hingga ke Indonesia.